NDP - Menurut Green Peace populasi Harimau Sumatera dari waktu ke waktu disebabkan oleh beberapa faktor. Namun penyebab utamanya adalah kualitas habitat yang menurun akibat konversi hutan, eksploitasi dan perambahan hutan dan penebangan liar.
Fragmentasi habitat akibat Perencanaan Tata Guna Lahan dan penggunaan lahan hutan yang kurang memperhatikan aspek-aspek konservasi satwa liar khususnya harimau sumatera. Kematian harimau sumatera secara langsung sebagai akibat dari perburuan untuk kepentingan ekonomi, estetika, pengobatan tradisional, magis, olahraga dan hobi.
Habitat alami harimau sumatera sudah mengalami degradasi dan terfragmentasi menjadi habitat-habitat yang kecil. Demikian populasi harimau yang hidup di dalamnya sudah terpecah menjadi populasi-populasi kecil dan tersebar.
Kondisi seperti ini apabila tidak ditangani secara serius dan intensif dapat dipastikan bahwa populasi harimau sumatera di alam akan menurun secara cepat dan dalam waktu yang tidak lama akan punah seperti yang telah terjadi pada harimau Bali, Kaspia dan harimau Jawa yang sudah dianggap punah.
Kebijakan moratorium yang dicanangkan sejak Mei 2011 lalu oleh Presiden SBY, membawa angin segar bagi upaya perlindungan hutan dan lahan gambut. Namun, saat Tim Mata Harimau melakukan perjalanan sepanjang Sumatera tahun lalu, masih ditemukan adanya perusakan hutan dan pembukaan lahan di lokasi penting habitat Harimau Sumatera.
Tim Mata Harimau menyaksikan langsung bagaimana lahan gambut dan hutan alam dihancurkan sehingga membuat Harimau Sumatera tersingkir dari rumahnya sendiri. Saatnya memastikan moratorium bisa efektif dalam memberikan perlindungan menyeluruh terhadap hutan dan lahan gambut Indonesia, dengan cara menelaah kembali izin-izin penebangan hutan yang telah dikeluarkan, dan industri untuk menerapkan kebijakan tanpa perusakan hutan dalam
0 komentar:
Posting Komentar