"TERDUGA TERORIS DITANGKAP TIM DENSUS 88, DENGAN BARANG BUKTI BERUPA DETONATOR, BUKU JIHAD, TABUNG GAS BERISI NITROGLISERIN"..."JOKOWI TETAP AKAN MELAKUKAN SIDAK DAN TERJUN KE LAPANGAN UNTUK MENGETAHUI KONDISI RAKYAT "....."CHELSEA AKAN KEHILANGAN COLE DAN LAMPARD"....."LORENZO MASIH BERADA DI PUNCAK KLASEMEN DI MOTO GP MALAYSIA"...."POLISI TETAPKAN PELAKU PEMOTRETAN ATAS NOVI AMALIA ADALAH TIGA ORANG"......"MENPORA TETAP MENGAKU TIDAK TERLIBAT KORUPSI HAMBALANG DAN MENYERAHKAN SEMUA PERKARA PADA PIHAK BERWAJIB "......"Kopi Luwak Asli ( JML Coffee ) membuka Pelatihan GRATIS Bisnis Kopi Luwak Asli Penangkaran Hub ; 0899.55.93.913"
Update Senin (30/10) " Kakak NT (Red: Sunardi, wajahnya mirip NT) juga ditangkap Tim Densus 88 untuk dimintai keterangan , tetangga bahkan tidak menduga kalau NT terduga jaringan teroris"

Di Suriname Adat Budaya Jawa sangat Kental Tapi Tidak Ada Klem Milik Suriname

Rabu, 20 Juni 2012




NDP-Di Suriname kebudayaan Jawa berkembang terus sesuai dinamisasi kehidupan modern dan menyatu dengan kehidupan alam sekitar, tetapi tidak ada klem budaya seperti di Malaysia.

Mereka membentuk yayasan-yayasan yang dipakai sebagai penyaluran mereka dalam mengekspresikan budaya tradisional, seperti tarian dan seni bela diri pencak silat.

Pada saat simposium "Migration and Cultural Heritage: Stories of Javanese in Suriname, Indonesia, and Netherlands" pada Kamis (20/1) lalu di Erasmus Huis Jakarta, ketua Yayasan Komite Mengenang Imigrasi Jawa (Stichting Comite Herdenking Javaanse Immigratie/STICHJI) Hariette Mingoen bercerita kalau komunitas Jawa di Suriname kerap mengadakan seminar atau menggelar pameran sosial, politik, serta budaya. Kegiatan-kegiatan, semacam bersih desa, hari orang tua, dan peringatan hari imigrasi pun diadakan setiap tahun. Bahkan demi hormat kepada generasi tua, upacara-upacara rutin, seperti kendurian, masih terus dilanjutkan.

"Kami tidak hanya nostalgia, tetapi kita berbicara mengenai perkembangan dari warisan tradisi," kata Henk Schulte Nordholt dari Institut Kerajaan Belanda untuk Kajian Asia Tenggara (Koninklijk Instituut voor Taal, Land- en Volkenkunde/KITLV) yang jadi salah satu pembicara dalam simposium.

Masalah utama mereka adalah kesulitan melestarikan bahasa. "Generasi muda kami tidak lagi berbahasa Jawa," ujar Hariette.

Peneliti-peneliti yang hadir dalam simposium itu setuju kalau jejak warisan tradisi perlu dilacak. Tujuannya agar masyarakat menyadari sejarah dan melestarikannya.

0 komentar:

Posting Komentar

Internasional

Ke Halaman Depan

 
 
 

Berita Populer

Entri Populer

Diberdayakan oleh Blogger.

followers